Kisah Haru Emak-emak Dapat Restorative Justice Kasus Curanmor
Robby Bernardi - detikJateng
#pragma123 #pragma123slotkotapekalongan #pragma123jawatengah #Alternative Link
Pekalongan - Seorang ibu rumah tangga atau emak-emak inisial J (33) di Kabupaten Pekalongan mendapat restorative justice terkait kasus curanmor yang menjeratnya. J menangis histeris dan meminta maaf kepada korban.
Pertemuan tersangka pencurian motor dan korban berlangsung di kantor Kejaksaan Negeri Kabupaten Pekalongan.
J mengaku mencuri motor karena terdesak faktor ekonomi. Aksinya dilakukan pada Sabtu (9/6) sekitar pukul 11.00 WIB. Saat itu dia melihat motor korban yang terparkir dengan kondisi kunci masih menempel di tempatnya.
Setelah memastikan kondisi rumah korban sepi, motor dia curi kemudian dititipkan ke warga lainnya. Ia sendiri akhirnya kebingungan motor itu mau dijual ke mana.
"Saya bingung mau dibawa ke mana motornya untuk dijual, akhirnya saya titipkan. Memang rencana mau saya jual, untuk memenuhi kebutuhan keseharian, bayar sekolah anak-anak dan berobat suami yang sakit-sakitan belum sembuh-sembuh," katanya di kantor Kejaksaan Negeri Pekalongan, Kamis (16/6/2022).
Pertemuan tersangka pencurian motor dan korban berlangsung di kantor Kejaksaan Negeri Kabupaten Pekalongan.
J mengaku mencuri motor karena terdesak faktor ekonomi. Aksinya dilakukan pada Sabtu (9/6) sekitar pukul 11.00 WIB. Saat itu dia melihat motor korban yang terparkir dengan kondisi kunci masih menempel di tempatnya.
Setelah memastikan kondisi rumah korban sepi, motor dia curi kemudian dititipkan ke warga lainnya. Ia sendiri akhirnya kebingungan motor itu mau dijual ke mana.
"Saya bingung mau dibawa ke mana motornya untuk dijual, akhirnya saya titipkan. Memang rencana mau saya jual, untuk memenuhi kebutuhan keseharian, bayar sekolah anak-anak dan berobat suami yang sakit-sakitan belum sembuh-sembuh," katanya di kantor Kejaksaan Negeri Pekalongan, Kamis (16/6/2022).
Ia pun mengaku menyesal telah melakukan perbuatannya tersebut. Apalagi saat dia menjalani proses hukum sebelum ada keputusan restorative justice, anak dan suaminya di rumah tidak ada yang mengurus.
"Saya menyesal, apalagi selama ini anak-anak, saya tinggal sendirian. Saya tiga anak kemarin, sendirian mengurus suami saya yang sakit," ujarnya.
"Saya terima kasih banyak pada Pak Jaksa, pada keluarga pemilik motor, saya terima kasih, minta maaf, saya berjanji tidak akan mengulangi lagi," ucapnya.
Di lokasi yang sama, korban pemilik motor, inisial A (30), awalnya tidak menyangka bahwa pencurinya masih tetangganya sendiri.
"Saat laporan kehilangan ayah tidak tahu bahwa yang mencuri ibu itu. Sudah kita maafkan pertimbangannya ya kasihan juga, anaknya masih kecil-kecil. Suaminya sakit, alhamdulillah, ada program ini (restorative justice)," kata Andre.
Sementara itu kuasa hukum J, Muslimin, membenarkan kondisi J sangat memprihatinkan dengan kondisi anak yang masih kecil-kecil dan suaminya yang sakit.
"Jadi klien saya ini, menjadi tulang punggung untuk ketiga anaknya yang masih kecil-kecil, juga merawat suaminya yang sakit di rumah. Suaminya sudah lama tidak jualan karena sakit. Kondisi ekonominya juga cukup sulit dengan penuh utang di sana sini," ungkap Muslimin.
"Alhamdulillah, pihak kejaksaan ada program ini, dan pihak korban juga sudah memaafkan dengan ikhlas," lanjutnya.
Sementara itu, usai memberikan SK Restorative Justice, Kajari Kabupaten Pekalongan Abun Hasbulloh Syambas menjelaskan pihaknya hari ini menerima SK Restorative Justice untuk dua perkara, salah satunya dengan tersangka J.
"Di tahun 2022, ada dua perkara. Kita bisa melihat perkara ini bisa di-restorative justice atau tidak dan korbannya menghendaki. Restorative justice ini dari awal bukanya melindungi atau membenarkan dari pada perbuatan tersangka, tetapi lebih kita utamakan hak si korban," kata Abun.
Menurut Abun, persoalan hukum yang dapat restorative justice tersebut bukanlah pengulangan, merupakan kasus pertama kali, pelaku juga baru pertama kali melakukan dan ancaman hukumnya tidak lebih dari lima tahun dan jika muncul kerugian itu tidak lebih dan Rp 2,5 juta.
"Banyak juga korban-korban itu menghendaki karena merasa kasihan. Perkara dua ini memang kelainan dari korban, yang satu motornya kuncinya tergantung yang kedua meninggalkan handphone, tetapi bukan membenarkan tindakan pencuri ini. Korbannya dengan legawa memaafkan dengan ikhlas dan melihat ekonomi keluarga tersangka memprihatinkan," jelasnya.
"Saya menyesal, apalagi selama ini anak-anak, saya tinggal sendirian. Saya tiga anak kemarin, sendirian mengurus suami saya yang sakit," ujarnya.
"Saya terima kasih banyak pada Pak Jaksa, pada keluarga pemilik motor, saya terima kasih, minta maaf, saya berjanji tidak akan mengulangi lagi," ucapnya.
Di lokasi yang sama, korban pemilik motor, inisial A (30), awalnya tidak menyangka bahwa pencurinya masih tetangganya sendiri.
"Saat laporan kehilangan ayah tidak tahu bahwa yang mencuri ibu itu. Sudah kita maafkan pertimbangannya ya kasihan juga, anaknya masih kecil-kecil. Suaminya sakit, alhamdulillah, ada program ini (restorative justice)," kata Andre.
Sementara itu kuasa hukum J, Muslimin, membenarkan kondisi J sangat memprihatinkan dengan kondisi anak yang masih kecil-kecil dan suaminya yang sakit.
"Jadi klien saya ini, menjadi tulang punggung untuk ketiga anaknya yang masih kecil-kecil, juga merawat suaminya yang sakit di rumah. Suaminya sudah lama tidak jualan karena sakit. Kondisi ekonominya juga cukup sulit dengan penuh utang di sana sini," ungkap Muslimin.
"Alhamdulillah, pihak kejaksaan ada program ini, dan pihak korban juga sudah memaafkan dengan ikhlas," lanjutnya.
Sementara itu, usai memberikan SK Restorative Justice, Kajari Kabupaten Pekalongan Abun Hasbulloh Syambas menjelaskan pihaknya hari ini menerima SK Restorative Justice untuk dua perkara, salah satunya dengan tersangka J.
"Di tahun 2022, ada dua perkara. Kita bisa melihat perkara ini bisa di-restorative justice atau tidak dan korbannya menghendaki. Restorative justice ini dari awal bukanya melindungi atau membenarkan dari pada perbuatan tersangka, tetapi lebih kita utamakan hak si korban," kata Abun.
Menurut Abun, persoalan hukum yang dapat restorative justice tersebut bukanlah pengulangan, merupakan kasus pertama kali, pelaku juga baru pertama kali melakukan dan ancaman hukumnya tidak lebih dari lima tahun dan jika muncul kerugian itu tidak lebih dan Rp 2,5 juta.
"Banyak juga korban-korban itu menghendaki karena merasa kasihan. Perkara dua ini memang kelainan dari korban, yang satu motornya kuncinya tergantung yang kedua meninggalkan handphone, tetapi bukan membenarkan tindakan pencuri ini. Korbannya dengan legawa memaafkan dengan ikhlas dan melihat ekonomi keluarga tersangka memprihatinkan," jelasnya.
