pragma123,pragma 123 Pragma123, Situs Slot Gacor Terbaik 2022 Indonesia: slotpurbalingga

BERITA PRAGMA123

Tampilkan postingan dengan label slotpurbalingga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label slotpurbalingga. Tampilkan semua postingan

Kamis, 16 Juni 2022

Pragma123SlotPragmatic || Mengenal Atraksi Ebeg yang Masih Eksis di Pangandaran

Mengenal Atraksi Ebeg yang Masih Eksis di Pangandaran

Aldi Nur Fadillah - detikJabar

#pragma123 #pragma123slotkabupatenpurbalingga #pragma123jawatengah #Alternative Link

Pangandaran - Kabupaten Pangandaran memiliki ragam kesenian daerah yang sudah hidup berdampingan dengan masyarakat, salah satunya atraksi kuda lumping atau disebut ebeg oleh warga sekitar. Aktrasi seni ebeg adalah salah satu kesenian tradisional yang pertama berkembang di wilayah Jawa Tengah meliputi Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen.
Disebut ebeg karena dalam menari, para penari menggunakan ebeg, yaitu anyaman bambu yang dibentuk serupa kuda berwarna hitam atau putih yang dipasang kerincingan. Di daerah lain, kesenian ini dikenal dengan nama kuda lumping atau jaran kepang, jathilan, atau reog.

Budayawan Pangandaran Erik Krisna Yudha mengatakan, seni ebeg pertama kali masuk ke daerah Pangandaran dibawa warga Cilacap yang menempati sebagian wilayah Pangandaran sekitar tahun 1970-an.

"Warga Dusun Kedung Rejo, Desa Wonoharjo, Kecamatan Pangandaran Wito, salah satu orang yang mempertahankan kesenian ini dengan membentuk lingkung seni ebeg bernama Setia Muda Budaya sejak tahun 2004," ucap kepada detikJabar belum lama ini.

Adapun lingkup seni yang mempertahankan kesenian ebeg diantaranya, Jaya Group yang berada di Dusun Cikangkung, Desa Cikangkung, Kecamatan Cibenda, Kabupaten Pangandaran.

Dalam pertunjukan ebeg, Lingkung Seni Warga Saluyu Jaya Group merupakan salah satu kelompok seni yang menyajikan nyanyian syair atau lagu dalam bahasa Jawa bernapaskan Islam yang mengandung nilai moral keislaman.

Selain itu, terdapat unsur berupa alat musik gamelan Jawa dan tarian indah. Di dalamnya juga mengandung makna-makna yang terwujud simbol tertentu.

Dilansir dari Buku Pangandaran dari Masa ke Masa Prof. DR Nina Herlina Lubis, kesenian ebeg tidak hanya menyenangkan jika disaksikan, tetapi lebih dari itu yaitu menyangkut makna-makna religius yang terkandung di dalamnya.


Selain sebagai media perlawanan, seni ebeg juga dipakai para ulama sebagai media dakwah. Sebab kesenian ini merupakan kesenian yang murah dan cukup digemari semua kalangan masyarakat. Seperti halnya Sunan Kalijogo yang menyebarkan Islam atau dakwahnya lewat kesenian wayang kulit.

Erik mengatakan, sifat dari para tokoh yang diperankan dalam seni ini merupakan gambaran dari berbagai macam sifat dalam diri manusia. Para seniman tari itu memberikan isyarat kepada manusia bahwa di dunia ini ada sisi buruk dan baik, tergantung manusianya memilih sisi mana.

"Kalau dia bertindak baik, berarti dia memilih semangat kuda untuk dijadikan motivasi dalam hidup. Jika sebaliknya berarti ia memlih semangat dua tokoh berikutnya yaitu barongan dan celengan atau babi hutan," ucapnya.

Banyak orang yang salah paham dalam memaknai seni kuda lumping. Mereka beranggapan para pelaku seni ebeg adalah pemuja roh hewan seperti roh kuda. Anggapan itu salah, karena simbol kuda bermakna semangat untuk memotivasi hidup.

Dijelaskan Erik, sekelompok orang juga beranggapan kuda lumping identik dengan kemusyrikan karena identik dengan kesurupan atau kalap, kemenyan, dupa dan bunga-bungaan, Anggapan kuda lumping dekat dengan kemusyrikan menurutnya juga tidak benar.

Justru para pelaku seni ebeg berusaha mengingatkan manusia bahwa di dunia ini ada dua macam alam kehidupan. Ada alam kehidupan nyata dan alam kehidupan gaib.

Sedangkan kemenyan, dupa, dan bunga-bungaan tidak lebih dari sekedar wewangian yang tidak pernah dilarang dalam Islam, bahkan dianjurkan penggunaannya.

Sementara itu, asal-usul tarian ini tidak jelas dari mana asalnya. Wilayah Pangandaran yang penduduknya campuran antara Sunda dan Jawa membuat seni ebeg akrab dengan masyarakat Pangandaran dan sekitarnya. Dalam seni ini terdapat berbagai macam unsur seni, di antaranya seni tari, seni musik, seni vokal dan sebagainya.

"Seni ebeg merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri, terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif melalui kibasan kuda tiruan sebagaimana layaknya gerakan seekor kuda di tengah peperangan. Di Pangandaran, pertunjukan ebeg dipagelarkan dalam pesta perkawinan, khitanan, hajat laut, atau menyambut tamu kehormatan," katanya.

Dalam pertunjukannya, seni ebeg memerlukan koreografi tari khusus, karena selain gerakannya yang dinamis, dalam setiap pertunjukan disertai dengan adegan ilmu kekebalan tubuh dan sejenisnya yang sarat dengan magis.

Sedangkan untuk mengiringi tari ebeg cukup sederhana. Hanya terdiri dari kendang, kenong, gong, dan slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Lirik-lirik kawih yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan imbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta.


Pragma123JakartaSlot || Tersangka Terakhir Pembakar Mahasiswa Jogja Akhirnya Menyerah

Tersangka Terakhir Pembakar Mahasiswa Jogja Akhirnya Menyerah Tim detikcom - detikNews # pragma123  # pragma123slotkabupatenwaykanan  # prag...